Minggu, 07 Juni 2009

Tuga 5 (tugas Kelompok) : Study Kasus PT.Unilever 07522101-07522139/Kelas C

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Alhamdulilahirabbil alamin segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sekalian. Tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan kita Rasulullah SAW beserta para sahabat.

Makalah ini berjudul Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Official Website Perusahaan Studi pada PT. UNILEVER INDONESIA Tbk”. disusun sebagai tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen. Tentunya dalam penyusunan makalah ini kami sebagai penulis tidak lepas dari kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan agar dalam makalah selanjutnya kami dapat lebih baik.

Ucapan terima kasih kami kepada dosen pengampu atas bantuan dan dukungannya dalam penyusunan makalah ini.

Demikianlah makalah kami dengan judul “Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Official Website Perusahaan Studi pada PT. UNILEVER INDONESIA Tbk”. Semoga dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kita semua. Amin.

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Jogjakarta, Juni 2009

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

EKSEKUTIVE SUMMARY iv

1. LATAR BELAKANG MASALAH 1

2. RUMUSAN MASALAH 2

3. TUJUAN 2

4. BATASAN MASALAH 2

5. SIM (TERGANTUNG STUDI KASUS) 2

6. 6a. Organisasi 3

Visi Misi Organisasi 4

Strategi Organisasi 5

Struktur Organisasi 6

Fungsi Manajemen 6

6b. Critical sucses Faktor SIM 9

6c. Komponen SI 10

6d. Enterprise Analysis 13

Fungsi Manajemen dan Kebutuhan Informasi 13

Kebutuhan Informasi 15

Analysis Keutuhan Data 15

6e. Tabel 16

6f. Arsitektur Teknologi Informasi 17

6g. Implementasi 18

Organisasi IT 18

Manajemen Implementasi SIM 19

6h. Maintenance 24

7. ANALISIS 24

8. PENUTUP 25

9. DAFTAR PUSTAKA 26

EXECUTIVE SUMMARY

Pengungkapan CSR perusahaan melalui berbagai macam media dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan dan juga untuk menjaga reputasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah perusahaan telah memanfaatkan official website-nya untuk mengungkapkan program CSR yang dilakukan. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesadaran dan praktek penerapan CSR pada perusahaan dalam setiap kegiatan bisnis yang dilakukannya dalam kaitannya dengan kepentingan pihak-pihak lain. Penelitian dilakukan terhadap official website PT Unilever Indonesia Tbk yang beralamat di http://www.unilever.co.id. Fokus penelitian adalah pada tiga area utama, yaitu tata kelola perusahaan dan pelaporan (corporate governance and reporting), kebijakan lingkungan dan kebijakan sosial. Ada lima pertanyaan (kategori) yang akan digunakan untuk meneliti setiap area utama tersebut. Untuk mengukur kuantitas informasi yang disajikan digunakan Index Publisitas sebagai indikator. Index ini menunjukkan jumlah kategori yang diungkapkan oleh perusahaan dari 15 kategori yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Index Publisitas Unilever adalah 13. Index tersebut diperoleh dari Tata Kelola Perusahaan dan Pelaporan 4, dari Dasar Kebijakan terhadap Lingkungan yang dilakukan 4, dan dari sisi Kebijakan Sosial 5. Dengan demikian Unilever telah mengungkapkan 13 informasi yang relevan dengan CSR kepada publik melalui official web site-nya.

1. Latar Belakang Masalah

Perubahan tingkat kesadaran masyarakat mengenai perkembangan dunia bisnis di Indonesia, menimbulkan kesadaran baru tentang pentingnya melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR). Hal terpenting dari pelaksanaan CSR adalah memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat sekitarnya. CSR mengandung makna bahwa, seperti halnya individu, perusahaan memiliki tugas moral untuk berlaku jujur, mematuhi hukum, menjunjung integritas, dan tidak korup. CSR menekankan bahwa perusahaan harus mengembangkan praktik bisnis yang etis dan berkesinambungan (sustainable) secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Pengungkapan CSR perusahaan melalui berbagai macam media dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan dan juga untuk menjaga reputasi perusahaan. Sebagian perusahaan bahkan menganggap bahwa mengomunikasikan kegiatan atau program CSR sama pentingnya dengan kegiatan CSR itu sendiri. Dengan mengomunikasikan CSR-nya, makin banyak masyarakat yang mengetahui investasi social perusahaan sehingga tingkat risiko perusahaan menghadapi gejolak sosial akan menurun. Jadi, melaporkan CSR kepada khalayak akan meningkatkan nilai social hedging perusahaan. Program CSR ini tidak akan dapat berjalan dengan mulus tanpa adanya dukungan dan parisipasi seluruh anggota perusahaan baik itu yang ada di tingkat atas maupun yang berada ditingkat bawah. Sehingga untuk menyukseskan program CSR ini dibutuhkan suatu organisasi yang kuat didalam diri perusahaan tersebut. Untuk memperlancar program CSR ini setiap perusahaan akan memanfaatkan official website-nya untuk mengungkapkan program CSR yang dilakukan dari sisi tata kelola perusahaan, lingkungan dan social. Diharapkan untuk semua perusahaan, khususnya dalam hal ini PT. unilever dapat memanfaatkan official website-nya secara maksimal sehingga program CSR dapat berjalan lancar dan memuaskan. Dengan adanya program CSR ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesadaran dan praktek penerapan CSR pada perusahaan dalam setiap kegiatan bisnis yang dilakukannya dalam kaitannya dengan kepentingan pihak-pihak lain.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis merumuskan pokok permasalahannya yaitu apakah perusahaan telah memanfaatkan official website-nya untuk mengungkapkan program CSR yang dilakukan dari sisi tata kelola perusahaan, lingkungan dan social.

3. Batasan Masalah

Batasan masalah yang akan membatasi rumusan masalah diatas adalah dengan dilakukannya pengukuran Index Publisitas, yaitu kuantitas informasi CSR yang disajikan pada official website perusahaan. Dimana dalam batasan masalah ini akan dibahas hal-hal mengenai :

1. Pengertian Penerapan CSR

2. Pentingnya Menerapkan CSR

4. Tujuan

Pada penelitian ini, penulis menganalisis pengungkapan CSR oleh PT Unilever Indonesia Tbk (selanjutnya ditulis Unilever), dengan tujuan untuk melihat apakah perusahaan telah memanfaatkan official website-nya untuk mengungkapkan program CSR yang dilakukan, dari sisi tata kelola perusahaan, lingkungan, dan sosial. Sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesadaran dan praktek penerapan CSR pada perusahaan dalam setiap kegiatan bisnis yang dilakukannya dalam kaitannya dengan kepentingan pihak-pihak lain.

.

5. Sistem Informasi Manajemen

Untuk memperlancar program CSR ini PT. Unilever mempunyai system informasi manajemen yaitu official website yanfg akan dimanfaatkan untuk mengungkapkan program CSR yang dilakukan dari sisi tata kelola perusahaan, lingkungan dan social. Diharapkan untuk semua perusahaan, khususnya dalam hal ini PT. unilever dapat memanfaatkan official website-nya secara maksimal sehingga program CSR dapat berjalan lancar dan memuaskan.

6. 6a. Organisasi

v Gambaran Singkat PT. Unilever

PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.

Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.

Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.

Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.

Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-produk kosmetik.

Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000.

Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933.

v Visi PT. Unilever

“To become the first choice of consumer, costumer and community

Visi ini terbentuk disadari bahwa PT. Unilever terfokus pada consumer, costumer dan community. Hal ini terwujud pada komitmen PT. Unilever terhadap konsumennya yaitu menyediakan produk bermerek dan pelayanan yang secara konsisten menawarkan nilai dari segi harga dan kualitas, dan yang aman bagi tujuan pemakaianny agar costumer, consumer dan community dapat merasa puas.

v MISI PT. UNILEVER

  • Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi konsumen
  • Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan komunitas.
  • Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses.
  • Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang tinggi.
  • Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan dan memberikan imbalan di atas rata-rata karyawan dan pemegang saham.
  • Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada masyarakat dan lingkungan hidup.

v Stretegi PT. Unilever

Strategi PT. UNILEVER,tbk dalam memasarkan produk

Di dalam menghadapi persaingan antar perusahan, PT. UNILEVER,tbk memiliki strategi-strategi dalam menghadapi persaingan-persaingan antar perusahaan, strategi itu antara lain:

1) KEPEMIMPINAN HARGA RENDAH

Dengan menjaga harga yang rendah dan rak-rak diisi dengan baik menggunakan sistim pengisian kembali persediaan yang melegenda, wal-mart menjadi pemimpin bisnis eceran di amerika serikat. Sistem mili wal-mart mengirimkan pesanan atas barang dagang baru secara langsung kepada pemasok ketika pelanggan membayar pembelian mereka pada kasir.terminal titik pejualan mencatat kode barang setiap barang yang melewati kasir dan mengirimkan transaksi pembelian langsung kepada komputer pusat wal-mart. Komputer mengumpulkan pesanan dari semua toko wai-mart dan mengirimkannya ke pemasok. Pemasok juga dapat mengakses daa penjualan dan persediaan wal-mart menggunakan teknologi web. Sistem ini mampu membuat wal-mart mempertahankan biaya rendah sembari menyesuaikan persediaannya untuk memenuhi permintaan pelanggan.

2) DIFERENSIASI PRODUK

Produk Unilever terus memperkenalkan kemasan-kemasan yang terbaru, tetapi Unilever tetap mempertahankan kualitas produknya. Baik itu kemasan yang botol kaca, sachet, botol kecil dan masih banyak lagi kemasannya.

3) BERFOKUS PADA PELUANG PASAR

Produk Unilever menggunakan sistem informasi pelanggan yang beda dengan yang lain, produk masuk kedalam pasar dengan cara mempromosikan barang-barangnya dengan cara terjun langsung ke masyarakat dengan bukti-bukti kualitas secara real, misalnya dengan diadakannya perlombaan-perlombaan kepada masyarakat perbandingan antara produk Unilever dengan produk-produk pesaing lainnya.

4) MENGUATKAN KEAKRABAN PELANGGAN DAN PEMASOK

Menggunakan sistem informasi untuk memfasilitasi akses langsung dari pemasok terhadap jadwal produksi.dan bahkan mengizinkan pemasok untuk memutuskan bagaimana dan kapan mengirim pasokan kepada pemasok. Selain itu Unilever juga melakukan Tanya jawab kepada para konsumen dan membuat suara konsumen tempat para konsumen mengeluh.

v Struktur Organisasi PT. Unilever

cats.jpg

v Fungsi manajemen ( tugas, tujuan san sasaran)

1. Fungsi Manajemen

Pada hakikatnya, fungsi manajemen adalah sebagai berikut :

a.Forecasting

adalah kegiatan meramalkan memproyeksikan atau mengadakan taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rencana yang lebih pasti dapat dilakukan. Misalnya suatu akademi meramalkan jumlah mahasiswa yang akan melamar belajar ke akademi tersebut. Ramalan tersebut dengan menggunakan beberapa indikator, misalnya jumal lulusan SLTA. Suatu perusahaan industri harus mengadakan forescasting tentang penjualan hasil produksi dengan memperhatikan jumlah penduduk pada daerah penjualan, income perkapita anggota masyarakat, kebiasaan membeli dsb.

b. Planning termasuk budgeting

Berbagai alasan tentang planning dari yang sangat sedrhana sampai kepada perumusan yang lebih rumit. Ada yang merumuskan dengan sangat sederhana, misalnya perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang agak komplek merumuskan perencanaan sebagai penetapan apa yang harus dicapai bila hal itu dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai, siapa yang bertanggungjawab dan penetapan mengapa hal itu harus dicapai.

Hampir sama dengan pembatasan terakhir dimana perumusan perencanaan merupakan penetapan jawaban kepada 6 pertanyaan sbb :

1. tindakan apa yang harus dikerjakan ?

2. apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan ?

3. dimanakah tindakan itu harus dikerjakan ?

4. kapankah tindakan itu dilaksanakan ?

5. siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu ?

6. bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu ?

Sesungguhnya fungsi perencanaan bukan saja menetapkan hal-hal tersebut diatas, tetapi juga dalam fungsi perencanaan sudah termasuk didalamnya penetapan budget. Oleh karenanya lebih tepat bila perencanaan atau planning dirumuskan sebagai penetapan tujuan, police, prosedure, budget dan pogram dari suatu organisasi. Jadi dengan fungsi planning termasuk budgeting yang dimaksudkan fungsi manajemen dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi menetapkan peraturan dan pedoman pelaksanaan yang harus dituruti dan menetapkan ikhtiar biaya yang diperlukan dan pemasukan uang yang diharapkan akan diperoleh dari rangkaian tindakan yang akan dilakukan.

c. Organizing

Dengan organzing dimaksudkan mengelompokkan kegiatan yang diperlukan yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut. Organisasi atau pengorganisasian dapat pula dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggungjawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktifitas yang berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.

d. Staffing atau assembling resources

Istilah staffing diberikan oleh Luther Gulick, Harold Koonz dan Cyril O’Donnel sedangkan assembling resources dekemukan oleh William Herbar Newman : istilah itu cenderung mengandung pengertian yang sama.

Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga petugas memberikan daya guna maksimal kepada organisasi.

Organizing dan staffing merupakan dua fungsi manajemen yang sangat erat hubungannya. Orgaizing yaitu berupa penyusunan wadah legal untuk menampung berbagai kegiatan yang harus dilaksanakan pada suatu organisasi, sedangkan staffing berhubungan dengan penerapan orang – orang yang akan memangku masing-masing jabatan yang ada di dalam organisasi tersebut.

e. Directing atau commanding

adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas maing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula. Directing commanding merupakan fungsi manajemen yang dapat berfungsi bukan saja agar pegawai melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi dapat pula berfungsi mengkoordinasi kegiatan berbagai unsure organisasi agar efektif tertuju pada realisasi tujuan yang ditetapkan sebelumnya.

f. Leading

Istilah leading yang merupakan salah satu fungsi manajemen yang dikemukan oleh Loius A. Allen yang dirumuskannya sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang menyebabkan orang lain bertindak. Pekerjaan leading meliput 5 macam kegiatan yakni mengambil keputusan, mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dengan bawahan, memberi semangat, inspirasi, dan mendorong kepada bawahan supaya merekan bertindak, memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya serta memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

g. Coordinating

Merupakan salah satu fungsi manajemen unutk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan :

Kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan, dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Usaha yg dapat dilakukan untuk mencapai tujuan itu, antara lain dengan memberi instruksi,pemerintah, mengadakan pertemuan untuk memberikan penjelasan, bimbingan atau nasihat, dan mengadakan coaching dan bila perlu memberi teguran.

h. Motivating

Merupakan kegiatan salah satu fungsi menejemen berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara sukarela sesuai apa yg dikehendaki oleh atasan. Pemberian inspirasi, semangat dan dorongan oleh atasan kepada bawahan ditujukan agar bawahan bertambah kegiatannya, atau mereka lebih bersemangat melaksanakan tugas-tugas sehingga mereka lebih berdaya guna dan berhasil guna.

  1. Controlling

Sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yg berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yg dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud tercapai tujuan yg sudah digariskan semula. Dalam melaksanakan kegiatan kontroling, atasan mengadakan pemeriksaan, mencocokkan serta mengusahakan agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan serta tujuan yg diinginkan dicapai.

  1. Reporting

Pelaporan adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yg lebih tinggi, baik secara lisan maupun tertulis sehingga dalam menerima laporan dapat memperoleh gambaran tentang pelaksanaan tugas orang yg memberi laporan.

6b. Critical Success Factor Sistem Informasi Manajemen

Secara teknis rencana suksesi PT. Unilever ke depan, seperti dijelaskan Joseph, pertama karena pertumbuhan perusahaan ke depan harus melihat apakah perusahaan akan punya karyawan yang sama atau mengalami pertambahan atau pengurangan, kedua apakah perusahaan mempunyai stock tenaga kerja dan apakah stock ini akan cukup atau perlu ditambah atau mungkin orangnya tetap sama tetapi perlu dididik lagi untuk memenuhi requirement di tahun mendatang. Dalam konteks unilever, sejak awal tahun 70-an telah mempunyai program untuk merekrut fresh graduate dari perguruan tinggi. "Mereka yang direkrut adalah mereka yang punya potensi bisa naik setinggi mungkin di dalam organisasi ini. Kami didik mereka untuk bisa di posisi baik vertical maupun horizontal," jelas Joseph. "Hal ini memungkinkan mereka belajar, untuk bisa mengisi posisi yang ada baik disamping atau di atas mereka. Hasil dari itu saat ini direksi lokal kami adalah mantan management trainee yang kami rekrut saat masih fresh graduate. Selain itu, untuk mendukung rencana suksesi di perusahaan, PT. Unilever mempunyai buku panduan yang dinamakan 'Professional Skill Dictionary'. "Masing-masing role di perusahaan ini mempunyai petunjuk pengetahuan apa yang harus dia punya untuk semua level. Di sini kami definisikan ada basic awareness, working knowledge, fully operational dan yang paling tinggi leading act. Jadi setiap karyawan selalu dibandingkan dengan requirement dari pekerjaannya, apakah cocok atau tidak, jika belum cocok yang akan dilakukan perusahaan adalah pengembangan orangnya. Rencana suksesi ini dilakukan juga untuk menghadapi keadaan darurat seperti ketika karyawan yang tiba-tiba pindah ke perusahaan lain. Meski demikian tetap tidak menutup kemungkinan jika karyawan pengganti harus diambil dari luar perusahaan. Sedangkan untuk mengukur keberhasilan rencana suksesi itu yang paling gampang adalah dengan menggunakan performance a phrasal.

6c. Komponen Sistem Informasi

1. Sumber daya manusia

Semakin berkembangnya perusahaan Unilever maka semakin banyaknya sumber daya manusia yang bergabung di dalamnya. Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa disini kita memiliki dua pelajaran manajerial yang ingin kita explorasi disini. Yang pertama, melalui pengalaman pemasarannya yang amat ekstensif, kita mungkin mesti harus menyebut Unilever Indonesia sebagai The Best Marketing School in Town. Sebuah tempat dimana proses pengembangan SDM dalam bidang pemasaran menemukan bentuknya yang paling ideal.

Dalam konteks ini, kita melihat mereka mampu mendesain skema pengembangan karir yang sistematis dan terencana terhadap para manajer mereka – baik yang senior maupun junior. Didukung oleh portfolio produk yang luas, mereka lantas cukup leluasa untuk melakukan rotasi diantara manajernya untuk berpindah dari satu produk (brand) ke lini produk lainnya. Dan disinilah mereka kemudian mampu menempa para manajer mereka secara optimal melalui pergerakan karir yang dinamis – baik secara vertikal, diagonal dan horizontal. Yang lebih elok, mereka tampaknya juga mampu menciptakan proses mentoring secara natural – dimana para manajer yang telah senior secara konstan terus menerus melakukan transfer pengetahuan kepada para juniornya.

Pelajaran kedua yang bisa kita petik adalah ini : Unilever Indonesia memiliki komitmen yang kuat dan bervisi jauh kedepan dalam mendidik dan mengembangkan barisan sumber daya manusianya. Dalam sebuah kesempatan, Direktur SDM Unilever Indonesia Josef Bataona menyebutkan, mayoritas jajaran direksi mereka sekarang adalah para peserta program management trainee (MT) yang telah mereka tempuh puluhan tahun sebelumnya. Program MT Unilever Indonesia memang terkenal bagus, dan pernyataan diatas kian menegaskan reputasi itu. Artinya, mereka benar-benar menjalankan program MT sesuai dengan tujuan dasarnya : yakni mencetak dan menyiapkan para future leaders secara sistematis dan terencana.

2. Sumber Daya Hardware

Pada perusahaan Unilever banyak digunakannya sumber daya hardware, misalnya untuk penyimpanan data yang dilakukan oleh unilever, untuk memproduksi suatu produk juga menggunakan sumber daya hardware. Adapun sumber daya hardware yang digunakan oleh perusahaan Unilever adalah pemakaian computer yang berguna untuk penyimpanan data perusahaan, monitor video untuk membantu keamanan di dalam pabrik, dan masih bank lagi sumber daya hardware yang digunakan.

3. Sumber Daya Software

Pada perusahaan Unilever banyak menggunakan sumber daya software, misalnya untuk pembukuan laporan keuangan Unilever sudah memakai sumber daya software accurate,pada saat memproduksi produk dilakukan program-program system operasi.

4. Sumber Daya Data

Unilever adalh perusahaan manufaktur global yang bernilai 54 milyar dolar dan pemasok barang-barang kebutuhan sehari-hari.Unilever adalah sebuah perusahaan yang sangat besar,ini terbukti karena unilever beroperasi di57 negara dengan Tim regional untuk Eropa,Amerika,dan Asia Afrika(termasuk Australia).Bisa dibayangkan jika terjadi penerobosan sistem keamanan Unilever,akan banyak data perusahaan yang penting yang dicuri seperti angka penjualan,nomor jaminan sosial,nama pelanggan,nomor telepon dan alamat e-mail.Pengguna yang tidak sah tentu saja dapat mengakses jaringan perusahaan internal melalui perangkat-perangkat ini,mengunduh data atau pesan yang tidak ditorisasi dapat membawa masuk walmare yang berbahaya bagi sistem.Hal ini tentu saja sangat merugikan perusahaan dan dapat mengganggu kinerja perusahaan.

5. Sumber Daya Jaringan

Sumber daya jaringan yang dimiliki oleh Unlever adalah perangkat genggam nirkabel. Sebagai eksekutif tentu saja membutuhkan alat untuk mempermudah kinerja bisnis perusahaan.Dengan semakin majunya ternologi maka sekarang para eksekutif banyak menggunakan perangkat genggam nirkabel.Begitu pula dengan eksekutif sekarang banyak menggunakan perangkat genggam nirkabel.Begitu pula dengan eksekutif unilever ,sebagai pekerja di perusahaan besar maka nirkabel sangat membantu para eksekutif dalam pekerjaanya.Perangkat gengganm nirkabel dilengkapi dengan perangkat yang dapat mengirimkan suara dan data beroperasi dengan jaringan nirkabel yang berbeda.Dapat dilihat lampiran e-mail seperti fileword dan kekuatan baterainya lebih dari 4 jam.Dengan segala kemudahannya hal ini hal ini juga dapat meningkatkan kinerja bisnis perusahaan sehingga perusahaan akan mendapatkan banyak keuntungan.

Mengijinkan para eksekutif Unilever menggunakan BlackBerry adalah ide yang baik karena perangkat tersebut adalah pemimpin dalam kategorinnya dan bekerja dengan banyak server e-mail yang berbeda dan standar jaringan nirkabel yang beragam termasuk CDMA dan Wi-Fi.Hal ini tentu saja memudahkan para eksekutif untuk membawa kemanapun alat tersebut walaupun perangkat genggam nirkabel mudah hilang atau dicuri karena begitu portabel dan dapat ditembus oleh haicker dari pihak luar lainnya.Tetapi dengan kecanggihannya perangkat-perangkat BlackBerry menggunakan sistem operasi yang mengizinkan manajer teknologi informasi membuat larangan-larangan otomatis seperti tidak boleh membuka lampiran e-mail yangn dikirim dari PC pengguna.Ini mengurangi kesempatan virus menulari jaringan perusahaan.Penggunaan keamanan ini juga mencegah penggunaan layanan e-mail atau Browser Web Alternatif.Jadi dengan mengizinkan para eksekutif menggunakan BlackBerry maka hal tersebut dapat lebih memudahka para eksekutif untuk bekerja dengan baik

6d. Enterprise Analysis

Isu CSR dapat disimpulkan sebagai parameter kedekatan era kebangkitan masyarakt (civil society). Maka dari itu, sudah seharusnya CSR tidak hanya bergerak dalam aspek philantropy maupun level strategi, melainkan harus merambat naik naik ke tingkat kebijakan (policy) yg lebih makro dan riil. Dunia usaha harus dapat mencontoh perusahaan-perusahaan yg telah terlebih dahulu melaksanakn program CSR sebagai salah satu policy dari manjemen perusahaan. PT. Bogasari, misalnya memiliki program CSR yg terintegrasi dengan strategi perusahaan, melalui pendampingan para pelaku usah mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis terigu. Seperti yg telah kita ketahui, jika mereka adalah konsumen utama dari produk perusahaan ini. Demikian juga dengan PT. Unilever yg memiliki program CSR berupa pendampingan terhadap petani kedelai. Bagi kepentingan petani, adanya program CSR ini berperan dalam meningkatkan kualitas produksi, sekaligus menjamin kelancaran distribusi. Sedangkan bagi Unilever sendiri, hal ini akan menjamin pasokan bahan baku untuk setiap produksi mereka yg berbasis kedelai, seperti kecap Bango, yg telah menjadi salah satu andalan produknya. Ada kalanya program CSR perusahaan tidak mesti harus berada pada tingkat produsen dan pengembangan produk, tetapi dapat mencakup aspek-aspek lain, semisal pendidikan dan pelatihan, serta konservasi. Poin yang pertama, akhir-akhir ini seakan-akan sedang menjadi trend di dunia usaha. Banyak perusahaan yang memilih program CSR di bidang edukasi. Program seperti ini kebanyakn memfokuskan pada edukasi bagi generasi mendatang, pengembangan kewirausahaan, pendidikan finansial, maupun pelatihan2. PT. Astra International Tbk, misalny, telah membentuk Politeknik Manufaktur Astra, yg menelan dana puluhan milyar. Selain itu, ada juga program dari HM Sampoerna utk mengembangkan pendidikan melalui Smapoerna Foundation, utk program ini, Sampoerna sendiri telah mengucurkan dana tak kurang dari 47 milliar. Nah, jelas sudah jika CSR sangat bermanfaat untuk masyarakat dan dapat meningkatkan image perusahaan. Jadi, semestinya dunia usaha tidak memandang CSR sebgai suatu tuntutan represif dari masyarakat, melainkan sebagai kebutuhan dunia usaha.

- fungsi manajemen dan kebutuhan informasi

Pengertian Penerapan CSR

Menurut Boone dan Kurtz (2007), pengertian tanggung jawab social (social responsibility) secara umum adalah dukungan manajemen terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan dan kesejahteraan masyarakat secara setara dalam mengevaluasi kinerja perusahaan.

B. Tamam Achda (2007) mengartikan CSR sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasinya dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan, serta terus menerus menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya. Meskipun laba dan kesempatan kerja tetap memiliki arti penting, tetapi dewasa ini terdapat banyak faktor yang memberikan kontribusi pada penilaian kinerja sosial sebuah perusahaan, termasuk di antaranya memberikan kesempatan kerja yang sama; menghargai perbedaan budaya para karyawan; merespon masalah-masalah lingkungan hidup; menyediakan tempat kerja yang aman dan sehat; dan memproduksi produk-produk bermutu tinggi yang aman untuk digunakan.

Pentingnya Menerapkan CSR

Substansi keberadaan CSR adalah memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat sekitarnya. Ada enam kecenderungan utama yang semakin menegaskan arti penting CSR yaitu :

1. meningkatnya kesenjangan antara kaya dan miskin

2. posisi negara yang semakin berjarak kepada rakyatnya

3. semakin mengemukanya arti kesinambungan

4. semakin gencarnya sorotan kritis dan resistensi dari publik, bahkan bersifat anti-perusahaan

5. tren ke arah transparansi

6. harapan bagi terwujudnya kehidupan yang lebih baik dan manusiawi.

Pearce (2003) melaporkan dari workshop yang diselenggarakan oleh Departemen Perdagangan dan Industri UK dan diorganisir oleh Forum for the Future pada bulan Mei 2003, temuan yang menyatakan CSR bukanlah biaya bagi suatu bisnis terangkat dari adanya tumpang tindih antara perhatian manajemen lingkungan dan stakeholder dan apa yang dilihat oleh strategi bisnis modern yang berbasis sumber daya (resource-based business strategy) sebagai sumber sukses kompetitif bisnis. Workshop tersebut juga menemukan bahwa penelitian parallel pada modal intangible dan intelektual dari bisnis, termasuk kontribusi manajemen stakholder dapat membuat perusahaan memiliki keunggulan kompetitif.

Lantos (2002) menggunakan Klasifikasi Carroll (Carroll’s classification) sebagai dasar untuk melihat pelaksanaan CSR pada perusahaan, yaitu:

1. Tanggung jawab ekonomi : menguntungkan bagi pemegang saham, menyediakan pekerjaan yang bagus bagi pekerjanya, menghasilkan produk yang berkualitas bagi pelanggan

2. Tanggung jawab hukum : mengikuti hukum dan berlaku sesuai aturan permainan

3. Tanggung jawab etik : menjalankan bisnis dengan moral, mengerjakan apa yang benar, apa yang harus dan fair, dan tidak menimbulkan kerusakan

4. Tanggung jawab filantropis : memberikan kontribusi secara sukarela kepada masyarakat, memberikan waktu dan uang untuk pekerjaan yang baik.

Dari Klasifikasi Caroll tersebut Lantos membuat klasifikasi yang berkaitan dengannya (Lantos, 2002) yaitu :

1. Ethical CSR: secara moral memilih untuk memenuhi tanggung jawab perusahaan dari segi ekonomi, hukum, dan etika

2. Altruistic CSR: Memenuhi tanggung jawab filantropik perusahaan, melakukan pencegahan timbulnya kerusakan (ethical CSR) untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa memperhitungkan apakah hal itu menguntungkan perusahaan

3. Strategic CSR: memenuhi tanggung jawab filantropik yang menguntungkan perusahaan melalui publikasi positif dan goodwill.

- kebutuhan informasi

Pengukuran Index Publisitas

Kuantitas informasi CSR yang diukur meliputi tiga area utama yaitu tata kelola perusahaan dan pelaporan (corporate governance and reporting), kebijakan lingkungan, dan kebijakan sosial. Untuk setiap area utama tersebut diajukan 5 (lima) pertanyaan atau kategori. Index Publisitas (East-West Management Institute and PFS Program, 2004) digunakan sebagai indicator pengungkapan CSR oleh perusahaan. Index tersebut diukur dengan menghitung jumlah informasi sesuai kategori yang diungkapkan oleh Unilever pada official website-nya.

Berikut adalah 15 (lima belas) kategori yang dimaksud:

I. Tata Kelola Perusahaan dan Pelaporan

1. Apakah perusahaan menjelaskan secara rinci struktur dari pengelolaan perusahaan?

2. Apakah perusahaan tunduk pada Hukum/Aturan Tata Kelola Perusahaan?

3. Apakah perusahaan melaporkan informasi tentang pemeriksaan keuangan?

4. Apakah perusahaan menjelaskan tentang kebijaksanaan hak pemegang saham?

5. Apakah perusahaan melaporkan dan menjelaskan tentang kode etik internal perusahaan?

II. Kebijakan Lingkungan

1. Apakah perusahaan menyatakan tunduk terhadap aturan yang spesifik industri, sesuai dengan peraturan nasional dan atau internasional mengenai standar lingkungan?

2. Apakah perusahaan mencantumkan nama individu (manajemen dan atau anggota dewan pengurus) atau departemen yang bertanggung jawab untuk manajemen lingkungan dan pengabdian terhadap lingkungan?

3. Apakah perusahaan melaporkan penggunaan energi dan air?

4. Apakah perusahaan melaporkan kinerja lingkungan, meliputi efisiensi penggunaan sumber daya, meminimalisasikan emisi ataupun limbah?

5. Apakah perusahaan memasukkan aspek lingkungan ke dalam rangkaian kebijaksanaan manajemen persediaan?

III. Kebijakan Sosial

7. Apakah perusahaan mengungkapkan tunduk peraturan nasional dan atau internasional mengenai hak asasi manusia dan atau standar ketenagakerjaan?

8. Apakah perusahaan melaporkan program sponsorship atau sebagai penyokong kegiatan komunitas?

9. Apakah perusahaan menjelaskan tentang pengembangan karyawan, atau kebijakan kepentingan karyawan?

10. Apakah perusahaan menjelaskan kebijakan tentang kesehatan dan keamanan?

11. Apakah perusahaan menjelaskan tentang kebijakan jabatan?

- analisis keutuhan data

Dari uraian tentang program CSR Unilever di atas, kategori CSR yang dungkapkan oleh Unilever pada official website-nya dapat dilihat bahwa Unilever telah mengungkapkan 13 informasi yang relevan dengan CSR kepada publiknya melalui official website-nya. Index tersebut diperoleh dari Tata Kelola Perusahaan dan Pelaporan sebanyak 4 kategori, dari Dasar Kebijakan terhadap Lingkungan yang dilakukan sebanyak 4 kategori, dan dari sisi Kebijakan Sosial sebanyak 5 kategori.

6e. Tabel data

Tabel 1. Penyajian CSR dalam Sustainability Report Unilever tahun 2006

6f. Arsitektur Teknologi Informasi

Teknologi informasi bagi banyak perusahaan merupakan bagian yang semakin hari semakin berpran penting dalam menunjang performance perusahaan. Oleh karena itu pengelolaannyapun perlu mendapat perhatian yang serius.


Di banyak perusahaan, TI identik dengan cost center. Itulah sebabnya mengapa banyak perusahaan kini menaruh minat pada gagasan SOA (Service Oriented Architecture), yang menjanjikan pengembangan peranti lunak lebih cepat, fleksibel dan hemat biaya. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika perusahaan memutuskan untuk melangkah lebih jauh dengan SOA.

Pada dasarnya, SOA adalah arsitektur teknologi informasi yang menitikberatkan pada layanan (services), dimana komponen-komponen peranti lunak dapat digunakan kembali (reused) dan dipadukan kembali (recombined) dengan fleksibel.

Di lingkungan arsitektur peranti lunak berbasis SOA, yang memanfaatkan berbagai mekanisme standar seperti misalnya eXtensible Markup Language (XML), komponen-komponen peranti lunak itu tampil di jaringan menawarkan services, yang kemudian dimanfaatkan aplikasi-aplikasi lainnya. Alhasil, bagi departemen TI, cara ini lebih produktif. Kini mereka bisa dengan mudah mengubah atau membangun services baru tanpa harus membongkar berbagai jenis aplikasi satu per satu.

Filosofi desain peranti SOA memaksa perusahaan untuk membuat reusable service, ketimbang membuat satu aplikasi utuh. Aspek reuse atau penggunaan kembali di dalam SOA ini berdampak pada penghematan biaya, karena para pengembang peranti lunak bisa meminimalkan kode-kode software yang berlebihan, selain waktu pengembangan software juga lebih cepat. Hal ini berarti pula perusahaan bisa lebih siap merespon perubahan kebutuhan kastamer maupun rekanan usahanya.

g. Implementasi

- Organisasi IT dan

Pengukuran Index Publisitas

Kuantitas informasi CSR yang diukur meliputi tiga area utama yaitu tata kelola perusahaan dan pelaporan (corporate governance and reporting), kebijakan lingkungan, dan kebijakan sosial. Untuk setiap area utama tersebut diajukan 5 (lima) pertanyaan atau kategori. Index Publisitas (East-West Management Institute and PFS Program, 2004) digunakan sebagai indicator pengungkapan CSR oleh perusahaan. Index tersebut diukur dengan menghitung jumlah informasi sesuai kategori yang diungkapkan oleh Unilever pada official website-nya.

-Manajemen implementasi SIM

Pegungkapan CSR Unilever

I. Tata Kelola Perusahaan dan Pelaporan

Unilever tidak mengungkapkan informasi secara rinci tentang struktur direksi, tanggung jawab setiap direksi, komposisi direksi, nama dan biografi direksi, anggota komite, orang yang bertugas menangani pelaksanaan, pengawasan dan audit kebijakan ekonomi, sosial, dan lingkungannya.

Unilever melaporkan bahwa mereka berupaya menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG) dalam setiap kegiatan. Prinsip ini pun telah diintegrasikan ke dalam ‘Tujuan Perusahaan’ dan ‘Kode Etik Prinsip Bisnis’ Unilever. Dokumen-dokumen tersebut menjadi pedoman bagi manajemen, karyawan, mitra dan juga para pihak yang berkepentingan dalam aktivitas mereka.

Berkelanjutan juga diterapkan secara langsung di dalam beberapa elemen tata kelola perusahaan Uniever, antara lain:

· Unilever bekerja sama dengan Safety and Environment Assurance Committee (SEAC) atau Komisi Jaminan Keselamatan dan Lingkungan yang berkedudukan di Inggris guna memastikan bahwa seluruh proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keselamatan dan lingkungan dari produk dilakukan secara terpisah dari keputusan komersial.

· Central Safety, Health and Environment Committee (CSHEC) atau Komisi Pusat Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan mengembangkan kebijakan, peraturan, prosedur dan standar tentang kesehatan, keselamatan dan lingkungan, serta menyebarluaskan perilaku yang aman dan penanganan investigasi kecelakaan.

Dalam laporannya, Unilever menyatakan bahwa mereka menghormati hak dengan meminta kepada pemasok yang terpilih untuk mengikuti Kode Etik Prinsip Bisnis Pemasok atau Supplier Code of Business Principles (COBP) yang mengutamakan strategi bisnis berdasarkan kejujuran dan integritas, serta respek terhadap yang lain. Kode etik ini merupakan bagian integral dari setiap kontrak pemasok, yang membantu Unilever untuk memastikan kesinambungan praktek Unilever dan pemasoknya.

Kode etik perusahaan yang diungkapkan dalam Kode Etik Prinsip Bisnis Unilever meliputi:

Kode Etik Terhadap Konsumen:

“Unilever berkomitmen untuk menyediakan produk dan jasa yang senantiasa memberikan nilai dalam harga dan kualitas, yang aman digunakan sesuai peruntukannya. Produk dan jasa akan diberi label, diiklankan dan dikomunikasikan secara akurat dan benar.”

Kode Etik Terhadap Pelanggan:

“Unilever berkomitmen untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan para pelanggan kami. Di dalam urusan bisnis, kami mengharapkan para mitra menjunjung prinsip yang sesuai dengan prinsip kami.”

Kode Etik Terhadap Pemasok:

“Unilever berkomitmen untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan para pemasok kami. Dalam urusan bisnis, kami mengharapkan para mitra kami menjunjung prinsip bisnis yang sejalan dengan prinsip bisnis kami.”

Kode Etik Terhadap Karyawan:

“Unilever berkomitmen terhadap keanekaragaman dalam lingkungan kerja yang didasari saling percaya dan menghormati, yang membuat setiap orang merasa bertanggung jawab bagi kinerja dan reputasi perusahaan. Kami akan merekrut, mempekerjakan dan mempromosikan karyawan hanya berdasarkan landasan kualifikasi dan kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan yang bersangkutan. Kami berkomitmen untuk menyediakan sarana kerja yang aman dan sehat untuk semua karyawan. Kami tidak akan mempergunakan tenaga kerja yang dipaksa, diwajibkan, ataupun dibawah umur. Kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan para karyawan dalam mengembangkan dan meningkatkan ketrampilan dan kemampuan masing-masing karyawan. Kami menghormati martabat setiap karyawan dan hak mereka untuk berasosiasi secara bebas. Kami akan menjaga komunikasi yang baik dengan para karyawan melalui pemberian informasi dan konsultasi.”

Kode Etik Terhadap Lingkungan:

“Unilever berkomitmen terhadap pengembangan manajemen dampak lingkungan secara berkesinambungan dan terhadap tujuan jangka panjang berupa mengembangkan bisnis yang berkesinambungan.”

II. Kebijakan Lingkungan

Efisiensi dalam produksi dampak lingkungan tempat produksi Unilever terbagi atas dampak yang berasal dari luar (seperti penggunaan sumber daya dan energi) dan dampak yang berasal dari dalam (seperti limbah cair dan sampah). Untuk mengelola dampak ini sambil terus-menerus menyempurnakan proses produksi, Unilever menerapkan Sistem Pengelolaan Lingkungan atau Environmental Management Sytem (EMS) berdasarkan ISO 14001.

Elemen penting dari EMS Unilever adalah menetapkan dan meninjau sasaran berdasarkan indikator kinerja utama atau key performance indicator (KPI). Setiap tahun, Unilever mengumpulkan data dari pabrik Unilever di Cikarang dan Rungkut berupa hasil pengukuran kinerja lingkungan yang penting. Data ini dibandingkan dengan standar yang berlaku di Indonesia dan target global Unilever, kemudian dihimpun dan dianalisis sebagai bagian dari system pelaporan kinerja lingkungan atau Environmental Performance Report (EPR) global Unilever.

Dalam hal penggunaan energi dan air, Unilever menyatakan bahwa sejak 2003, pabrik Unilever telah menerapkan berbagai program untuk mengurangi konsumsi energi. Program ini telah mengurangi jumlah penggunaan energy pabrik sebanyak 37% dibandingkan 2005. Sejak 2005, pabrik Rungkut telah berhasil mengurangi kebutuhan air dan mengurangi pembuangan air limbah dari proses produksinya melalui pemasangan unit pengolah air limbah reverse osmosis. Teknologi ini menyediakan pengolahan air limbah canggih yang memungkinkan pemanfaatan air buangan hasil daur ulang untuk boiler dan menara pendingin. Sementara itu, limbah domestik dari toilet dan aktivitas pencucian masih dikirimkan langsung ke saluran limbah milik kawasan industri.

Unilever melaporkan penanganan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang telah dilakukannya, yaitu bahwa limbah B3 ini disimpan dalam ruang penyimpan khusus, sebelum dibuang ke PPLI, sebuah perusahaan pembuangan limbah B3 yang memenuhi standar lingkungan Indonesia dan internasional. Limbah padat dari kegiatan pencucian reaktor dipandang sebagai limbah B3 dan karena itu dikirim ke PPLI untuk pengolahan yang baik dan benar. Sedangkan untuk limbah yang tidak berbahaya Unilever bekerja sama dengan Asosiasi Industri Daur Ulang Plastik Indonesia (AIDUPI), kami memanfaatkan kemasan yang tidak terpakai atau bahan plastik lainnya untuk membuat produk plastik seperti ember atau keset. Limbah lain seperti drum kosong dan palet juga dikirimkan ke mitra untuk dipakai lagi atau didaur ulang

Pada 2003, Unilever telah mengganti bahan bakar boiler dari solar ke gas alam yang mengandung relative lebih sedikit sulfur. Penggantian ini mengurangi emisi SOx kami secara signifikan. Namun, pada dua tahun terakhir, pasokan gas ke Rungkut tidaklah stabil, dan mereka terpaksa kembali memakai solar sambil mencari alternative bahan bakar rendah sulfur. Sementara itu, pabrik Cikarang tetap memanfaatkan gas alam, sehingga mampu menjaga tingkat emisi SOx yang rendah.

Salah satu instrumen untuk mencapai sasaran efisiensi lingkungan Unilever adalah Total Productive Maintenance (TPM). Sejak tahun 1992, Unilever telah memakai pendekatan TPM untuk menciptakan kondisi pabrik yang ideal. Kerangka kerja TPM didasari oleh lima prinsip yaitu :

· Seiri – Keteraturan

· Seiton Organisasi Tempat Kerja

· Seiso – Pembersihan

· Seikhatsu – Kebersihan

· Shitsuke – Kedisiplinan

Kelima prinsip ini dipercaya mampu membantu mereka dalam menjaga peralatan sedekat mungkin dengan kondisi peralatan yang ideal, bekerja lebih efisien, mengurangi waktu mesin tidak beroperasi, serta meningkatkan catatan keselamatan kerja, kecelakaan fatal, kecelakaan berakibat hilang waktu atau lost time accidents (LTA), kasus yang menghambat pekerjaan atau restricted work cases (RWC), serta kasus yang menuntut perawatan kesehatan atau medical treatment cases (MTC).

III. Kebijaksanaan Sosial

Unilever mengatakan bahwa mereka bekerja sesuai standar Kode Etik Prinsip Bisnis. Mereka juga mengatakan pelaksanaan kegiatannya sesuai Undang-Undang Tenaga Kerja Indonesia (UU 13 Tahun 2003) dan mengelola bisnis sedemikian rupa, sehingga martabat manusia dan hak pekerja terjaga. Sekitar 90% karyawan Unilever adalah anggota serikat pekerja. Pada tahun 2003 dan 2004, manajemen Unilever mengadakan pelatihan “Labour Management Cooperation” bersama-sama International Labour Organization (ILO). Dalam rangka memastikan kesehatan dan vitalitas para karyawan, Unilever mengadakan pemeriksaan kesehatan setiap karyawan secara berkala. Pada tahun 2005, mereka telah mengembangkan program sukarela yang menawarkan berbagai pendidikan dan bantuan kesehatan sesuai dengan kebutuhan yang diidentifikasi dalam pemeriksaan kesehatan. Saat ini, program-program tersebut mencakup kelompok obesitas, diabetes, dan sakit punggung.

Sejalan dengan misi sosial brand, Unilever aktif bekerja sama dengan berbagai organisasi kesehatan dan lingkungan internasional. Unilever bekerja erat dengan BPOM ketika mereka mengembangkan standar pengawasan paska pemasaran atau Post Marketing Surveillance (PMS) bekerja sama dengan Badan Kosmetika ASEAN. Standar ini akan diterapkan pada 2008, yang akan menyelaraskan distribusi produk kesehatan, kebersihan dan obat-obatan di negara-negara ASEAN.

Vitalitas perusahaan diklaim oleh Unilever secara langsung dipengaruhi oleh kemampuan Unilever sendiri dalam menarik minat dan mempertahankan orang-orang dengan ketrampilan, motivasi dan kreativitas yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan. Unilever menyediakan tempat kerja yang sehat, aman dan terbuka, kesempatan belajar dan berkembang, penghargaan dan kompensasi yang adil, serta penghargaan atas kemajuan. Unilever berupaya mengembangkan karyawan dengan meningkatkan kemampuan intelektual dan ketrampilan karyawan serta mendekati secara emosional dan spiritual untuk merangkul hati para karyawannya.

Permasalahan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan pun dimasukkan ke dalam bagian pabrik pada Perjanjian Kerja antara Unilever dan serikat karyawan. Dalam perjanjian ini, perusahaan berkomitmen untuk menerapkan program kesehatan, keselamatan dan lingkungan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku, sementara para karyawan berkomitmen untuk mengikuti program tersebut dan juga berperan aktif dalam upaya perusahaan untuk menjaga kinerja kesehatan, keselamatan, dan lingkungannya.

Pada tahun 2006, Unilever membentuk inisiatif dengan fokus khusus pada keselamatan di perjalanan, termasuk bagi para pengendara sepeda motor. Para karyawan seharusnya tidak hanya memiliki tempat kerja yang aman, melainkan juga dapat sampai ke tempat kerja dengan aman. Bagi para staf penjualan, program ini mencakup cara berkendara yang benar dan penyediaan perlengkapan keselamatan seperti helm bagi para karyawan.

6h. Maintenance

Salah satu instrumen untuk mencapai sasaran efisiensi lingkungan Unilever adalah Total Productive Maintenance (TPM). Sejak tahun 1992, Unilever telah memakai pendekatan TPM untuk menciptakan kondisi pabrik yang ideal. Kerangka kerja TPM didasari oleh lima prinsip yaitu :

· Seiri – Keteraturan

· Seiton Organisasi Tempat Kerja

· Seiso – Pembersihan

· Seikhatsu – Kebersihan

· Shitsuke – Kedisiplinan

Kelima prinsip ini dipercaya mampu membantu mereka dalam menjaga peralatan sedekat mungkin dengan kondisi peralatan yang ideal, bekerja lebih efisien, mengurangi waktu mesin tidak beroperasi, serta meningkatkan catatan keselamatan kerja, kecelakaan fatal, kecelakaan berakibat hilang waktu atau lost time accidents (LTA), kasus yang menghambat pekerjaan atau restricted work cases (RWC), serta kasus yang menuntut perawatan kesehatan atau medical treatment cases (MTC).

7. ANALISIS

Dalam studi kasus PT. Unilever diatas menunjukkan bahwa system informasi manjemen yang di gunakan oleh Unilever yaitu official website telah benar-benar di manfaatkan. Hal ini terbukti bahwa pada hasil pengamatan terhadap official website Unilever menunjukkan bahwa Unilever telah mencoba memanfaatkan laman resminya untuk mengungkapkan program CSR yang dilakukannya, baik dari sisi tata kelola perusahaan dan pelaporan, kebijakan lingkungan dan kebijakan sosial.

Kendaka dalam studi kasus ini adalah bahwa tidak semua perusahaan dapat memanfaatkan system informasi manajemen yang dimilikinya, dalam hal ini official website dengan maksimal sehingga hasilnya tidak memuaskan dalam rangka menyukseskan program CSR suatu perusahaan.

Kebutuhan pengembangan yang perlu dilakukan oleh sutu purusahaan adalah dengan benar-bener memanfaatkan system informasi manajemen yang di milikinya, khususnya official website agar program CSR suatu perusahaan dapat berhasil sehingga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

PENUTUP

a. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil pengamatan terhadap official website Unilever menunjukkan bahwa Unilever telah mencoba memanfaatkan laman resminya untuk mengungkapkan program CSR yang dilakukannya, baik dari sisi tata kelola perusahaan dan pelaporan, kebijakan lingkungan dan kebijakan sosial.

2. Penelitian ini menunjukkan bahwa Index Publisitas Unilever adalah 13, index tersebut diperoleh dari tata kelola perusahaan dan pelaporan sebanyak 4 kategori, dari dasar kebijakan terhadap lingkungan yang dilakukan sebanyak 4 kategori, dan dari sisi kebijakan sosial sebanyak 5 kategori. Dengan demikian Unilever telah mengungkapkan 13 informasi yang relevan dengan CSR kepada publik melalui official website-nya.

b. Saran

Berdasarkan pada hasil pembahasan dan kesimpulan diatas penulis memberikan saran yaitu :

1. Pada penelitian berikutnya sebaiknya dilakukan survey index publisitas untuk mengetahui berapa banyak perusahaan, khususnya yang beroperasi di Indonesia, yang telah memanfaatkan official website-nya untuk mengungkapkan CSR yang dilakukannya.

2. Penelitian di atas tidak menyertakan kualitas informasi yang disajikan sehingga terbuka untuk dilakukan pada penelitian berikutnya. Sebaiknya pada penelitian berikutnya disajikan kualitas informasinya sehingga di penelitian berikutnya dapat menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Achda, B. Tamam. 6 Juni 2008. Konteks Sosiologis Perkembangan Corporate Social Responsibilityn (CSR) dan Implementasinya di Indonesia. http://www.menlh.go.id/serbaserbi/cs r/sosiologi.pdf.

Boone dan Kurtz. 2007. Contemporary Business; Pengantar Bisnis Kontemporer; Buku 1, Salemba Empat, Jakarta

East-West Management Institute and Partners for Financial Stability Program. 2004. “Report on a Survey of Corporate Social Responsibility of the Largest Listed Companies in Hungary. Final Report”. Hungarian Environmental Economics Center, Budapest

Lantos, G. P. 2002. “The ethicality of altruistic corporate social responsibility”, Journal of Consumer Marketing, Vol. 19 No. 3, pp. 205- 230.

Pearce, Brian. 9 Juni 2008. Sustainability and Competitiveness. Measuring The Benefit for Business Competitive Advantage from Social Responsibility and Sustainability. www.forumforthefuture.org.uk

1 komentar:

  1. kok gag ada penerapan nya sihh,,,bagaimana fungsi-fungsi manajemen itu di terapkan pada pt. unilever.....

    BalasHapus